Sabtu, 16 Juli 2011

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Meningitis



 
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

Masalah Kesehatan: Meningitis
1.1.       Konsep Dasar Penyakit
1.1.1.           Pengertian
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medulla spinalis) yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur (Brunner & Suddart, 2002).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinalis & spinal column yang menyebabkan proses infeksi  pada system saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).
1
 
Meningitis adalah infeksi serius yang paling umum pada SSP. Meningitis biasanya disebabkan oleh bakteri atau virus walaupun jamur, protozoa, dan toksin juga merupakan penyebabnya. Meningitis sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari tempat lain di tubuh misalnya, sinus, telinga, atau saluran napas bagian atas. Fraktur tengkorak basilar posterior disertai pecahnya gendang telinga juga dapat menyebabkan meningitis. Pada meningitis bakterial toksin yang dikeluarkan merusak sel meningeal dan menstimulasi reaksi imun dan inflamasi. Ensefalitis sekunder dapat terjadi. Walaupun diobati, sebanyak 40% kasus meningitis bersifat fatal dan sebanyak 30% individu yang bertahan mengalami komplikasi neurologis (Corwin, Elizabeth. J., 2009)

1.1.2.           Etiologi
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang (Company, Philadelphia, 1984).
Menurut Harsono.(1996), penyebab meningitis antara lain adalah sebagai berikut.
a.         Bakteri : Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.
b.        Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
c.         Faktor predisposisi : jenis kelamin lakilaki lebih sering dibandingkan dengan wanita.
d.        Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan.
e.         Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun
f.         Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan.
1.1.3.           Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang biasanya timbul pada pasien dengan meningitis adalah
a.         Pada awal penyakit, kelelahan, perubahan daya mengingat, perubahan tingkah laku, sakit kepala.
b.        Sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit pasien menjadi stupor.
c.         Sakit-sakit pada otot-otot
d.        Reaksi pupil terhadap cahaya. Photofobia apabila cahaya diarahkan pada mata pasien
e.         Adanya disfungsi pada saraf III, IV, dan VI
f.         Pergerakan motorik pada masa awal penyakit biasanya normal dan pada tahap lanjutan bisa terjadi hemiparese, hemiplegia, dan penurunan tonus otot.
g.        Refleks Brudzinski dan refleks Kernig (+) pada bakterial meningitis dan tidak terdapat pada virus meningitis.
h.        Nausea, vomiting, demam, takikardia
i.          Kejang yang bisa disebabkan oleh iritasi dari korteks cerebri atau hiponatremia
j.          Pasien merasa takut dan cemas (Company, Philadelphia, 1984).


1.1.4.           Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu :
a.       Meningitis serosa, adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
b.      Meningitis purulenta, adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.

1.1.5.           Patofisiologi
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak/mengalir melalui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang, direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan subarachnoid.
Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki cairan otak melaui aliran darah di dalam pembuluh darah otak. Cairan hidung (sekret hidung) atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan (dunia luar), mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel. Eksudat yang dibentuk akan menyebar, baik ke kranial maupun ke saraf spinal yang dapat menyebabkan kemunduran neurologis selanjutnya, dan eksudat ini dapat menyebabkan sumbatan aliran normal cairan otak dan dapat menyebabkan hydrocephalus.









1.1.6.           Bagan Patofisiologi






















Hydrocephalus
 
 





















1.1.7.           Komplikasi
Menurut Corwin, Elizabeth. J (2009), komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan masalah meningitis adalah :
a.       Individu dapat mengalami disability permanen, kerusakan otak atau meninggal akibat ensefalitis atau yang lebih jarang meningitis
b.      Kejang dapat terjadi

1.1.8.           Pemeriksaan Penunjang
a.       Analisa CSS dari pungsi lumbal
·         Meningitis bakterial: tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah SDP meningkat dan protein meningkat, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri.
·         Meningitis virus: tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, SDP meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negative, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.
b.      Glukosa serum: meningkatà meningitis
c.       LDH serum: meningkat à meningitis bakteri
d.      Sel darah putih: sedikit meningkat dengan peningkatan neutropil (infeksi bakteri)
e.       Elektroloit darah: abnormal
f.       Kultur darah, hidung dan tenggorokan/urine: dapat mengindikasikan tipe penyebab infeksi
g.      MRI/CT-Scan: dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran, letak ventrikel : hematoma daerah serebral, hemoragik atau tumor.
h.      Rontgen dada/kepala/sinus: mungkin ada indikasi sumber infeksi intra cranial.

1.1.9.           Penatalaksanaan
Menurut Corwin, Elizabeth. J (2009), penatalaksanaan yang dapat terjadi pada pasien dengan masalah meningitis adalah :
a.       Antibiotik spektrum luas diberikan setelah pengambilan CSS dan diganti apabila perlu setelah hasil kultur
b.      Obat anti virus diberikan untuk ensefalitis
c.       Tiindakan untuk menurunkan tekanan intrakranial dilakukan, terutama pada ensefalitis
d.      Beberapa jenis meningitis mengharuskan pasien diisolasi dirumah sakit





1.2.       Konsep Dasar Keperawatan
1.2.1.           Pengkajian
a.       Biodata klien.
b.      Riwayat kesehatan yang lalu
·       Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?
·       Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
·       Pernahkah operasi daerah kepala ?
c.       Riwayat kesehatan sekarang
·      Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise). Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter.
·      Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK. Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat, taikardi, disritmia.
·      Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
·      Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.
·      Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
·      Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena, kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan halusinasi penciuman. Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi, kehilangan memori, afasia, anisokor, nistagmus, ptosis, kejang umum/lokal, hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau kernig positif, rigiditas nukal, babinski positif, reflek abdominal menurun dan reflek kremastetik hilang pada laki-laki.
·      Nyeri/keamanan
Gejala : sakit kepala (berdenyut hebat, frontal). Tanda : gelisah, menangis.
·      Pernafasan
Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru. Tanda : peningkatan kerja pernafasan.


1.2.2.           Diagnosa keperawatan
Kemungkinan masalah keperawatan yang dapat terjadi pada pasien dengan masalah meningitis adalah:
a.       Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan diseminata hematogen dari patogen.
b.      Resiko tinggi terhadap perubahan cerebral dan perfusi jaringan sehubungan dengan edema serebral, hipovolemia.
c.       Resiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/vokal, kelemahan umum vertigo.
d.      Nyeri (akut ) sehubungan dengan proses infeksi, toksin dalam sirkulasi.
e.       Ansietas sehubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.

1.2.3.           Intervensi keperawatan
a.      Diagnosa keperawatan : Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan diseminata hematogen dari patogen.
Tujuan : penyebaran infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil : mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lain.


Intervensi
Rasionalisasi
Mandiri :
·         Beri tindakan isolasi sebagai pencegahan
·         Pertahan kan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepat.
·         Pantau suhu secara teratur



·         Kaji keluhan nyeri dada, nadi yang tidak teratur demam yang terus menerus

·         Auskultasi suara nafas ubah posisi pasien secara teratur, dianjurkan nafas dalam


·         Cacat karakteristik urine (warna, kejernihan dan bau)

Kolaborasi :
·         Berikan terapi antibiotik iv: penisilin G, ampisilin, klorampenikol, gentamisin.

·         Untuk menurunkan resiko penyebaran pada orang lain
·         Menurunkan resiko pasien terkena infeksi sekunder
·         Timbulnya tanda klinis yang terus menerus merupakan indikasi perkembangan dari meningoksemia akut .
·         Infeksi sekunder seperti miokarditis/perikarditis dapat berkembang dan memerlukan intervensi lanjt
·         adanya riinki/mengi, takipnea dan peningkatan kerja pernapasan mungkin mencerminkan adanya akumulasi sekret dengan resiko terjadinya infeksi pernapasan
·         urine statis, dehidrasi dan kelemahan umum meningkatkan resiko terhadap infeksi kandung kemih/ginjal/awitan sepsis
·         obat yang dipilih tergantung pada tipe infeksi dan sensitivitas indivdu

b.      Diagnosa keperawatan : Resiko tinggi terhadap perubahan cerebral dan perfusi jaringan sehubungan dengan edema serebral, hipovolemia.
Tujuan    : resiko terhadap perubahan perfusi jaringan tidak terjadi
KH                      : -   mempertahankan tingkat kesadaran                           
-       mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil

Intervensi
Rasionalisasi
Mandiri :
·       Pertahankan tirah baring dengan posisi kepala datar.


·       Pantau status neurologis.

·       Kaji regiditas nukal, peka rangsang dan kejang.
·       Pantau tanda vital dan frekuensi jantung, penafasan, suhu, masukan dan haluaran.

·       Bantu berkemih, membatasi batuk, muntah mengejan.

Kolaborasi :
·       Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 derajat.
·       Berikan cairan iv (larutan hipertonik, elektrolit).
·       Pantau AGD, berikan terapi O2




·       berikan obat : steroid, klorpomasin, asetaminofen.

·         Perubahan tekanan CSS mungkin merupakan potensi adanya resiko herniasi batang otak yang memerlukan tindakan medic segera
·         Mengetahui perkembangan dari kerusakan otak
·         Merupakan indikasi adanya iritasi meningeal
·         Kehilangan fungsi autoregulasi mungkin mengikuti kerusakan vaskuler serebral local atau difus yang menimbulkan peningkatan TIK
·         Aktivitas seperti ini akan meningkatkan tekanan intratorak dan intraabdomen yang dapat meningkatkan TIK
·         Peningkatan aliran vena dari kepala akan menurunkan TIK
·         Meminimalkan fluktuasi dalam aliran vaskuler dan TIK
·         Terjadinya asidosis dapat menghambat masuknya oksigen pada tingkat sel yang memperburuk/meningkatkan iskemia serebral
·         Menurunkan permeabilitas kapiler untuk membatasi pembentukan edema serebral

c.       Diagnosa keperawatan : Resiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/vokal, kelemahan umum vertigo.
Tujuan      : Trauma tidak terjadi
KH                        : tidak terjadi kejang/penyerta cedera lain
Intervensi
Rasionalisasi
Mandiri :
·       Pantau adanya kejang




·       Pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang dan pasang jalan nafas buatan.

·       Pertahankan tirah baring selama fase akut


Kolaborasi :
·       berikan obat sesuai indikasi seperti venitoin, diazepam, venobarbital.

·         Mencerminkan adanya iritasi SSP secara umum yang memerlukan evaluasi segera dan intervensi yang mungkin untuk mencegah komplikasi
·         Melindungi pasien jika terjadi kejang. Jalan napas buatan dilakukan jika rahangnya relaksasi
·         Menurunkan resiko terjatuh/ trauma ketika terjadi vertigo, sinkope atau ataksia
·         Merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejang

d.      Diagnosa keperawatan : Nyeri (akut ) sehubungan dengan proses infeksi, toksin dalam sirkulasi.
Tujuan : nyeri klien teratasi
KH        : -  melaporkan nyeri hilang/terkontrol
-       Menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat
Intervensi
Rasionalisasi
Mandiri :
·       Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi.

·       Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata.

·       Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman(kepala agak tingi).

·       Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif.



·       Gunakan pelembab hangat pada nyeri leher atau pinggul.
Kolaborasi :
·       Berikan analgetik, seperti asetaminofen, codein

·         Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitivitas terhadap cahaya
·         Meningkatkan vasokonstriksi, penumpulan resepsi nyeri yang dapat menurunkan nyeri.
·         Menurunkan iritasi meningeal, resultan ketidaknyamanan lebih lanjut.
·         Dapat membantu merelaksasikan ketegangan otot yang meningkatkan reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman tersebut.
·         Meningkatkan relaksasi otot dan menurunkan rasa sakit/tidak nyaman.
·         Mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat.

e.       Diagnosa keperawatan : Ansietas sehubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.
Tujuan      : cemas klien teratasi
KH                        : -  mengakui dan mendiskusikan rasa takut
-       Mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi
-       Tampak rileks dan melaporkan cemas berkurang
Intervensi
Rasionalisasi
·         Kaji status mental dan tingkat ansietasnya.


·         Berikan penjelasan tentang penyakitnya dan sebelum tindakan prosedur.


·         Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan.

·         Libatkan keluarga/pasien dalam perawatan dan beri dukungan serta petunjuk sumber penyokong.
·         Gangguan tingkat kesadaran dapat mempengaruhi ekspresi rasa takut tetaepi tidak menyangkal keneradaannya.
·         Meningkatkan pemahaman, mengurangi rasa takut, karena ketidaktahuan dan dapat membantu menurunkan ansietas.
·         Mengungkap rasa takut secara terbuka dimana rasa takut dapat ditujukan.
·         Meningkatkan perasaan kontrol terhadap diri dan meningkatkan kemandirian

1.2.4.     Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal.

1.2.5.      Evaluasi Keperawatan
Hasil yang diharapkan dari perencanaan keperawatan yang telah dilakukan adalah:
a.         Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lain.
b.        Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi motorik/sensorik, mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
c.         Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
d.        Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.
e.         Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi.






DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed.3. Jakarta : EGC

Brunner  dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:  Penerbit Buku Kedokteran EGC

Carpenito L. J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Corwis, Elizabeth J. 2009. Buku Saku: Patofisiologi. Alih Bahasa Nike Budhi Subekti. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Harsono. 1996. Buku Ajar Neurologi Klinis.Ed.I.Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Wilkinson M. Judith. 2006. Bku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC